USWIM.NEWS - Universitas Satya Wiyata Mandala (Uswim) Nabire terpilih menjadi salah satu Perguruan Tinggi Swasta di tanah Papua dan Papua Barat yang dipercayakan untuk menjalankan program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
"Kami sangat bersyukur dengan kepercayaan ini, dan kami siap melaksanakan Program Pembelajaran Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang merupakan tindaklanjut kebijakan Kemendikbud tentang MBKM melalui aplikasi Zoom Meeting bersama kedua mitra kami di Surabaya dan Bali," demikian tutur Suripatty
JM Ramandey, S.TP., M.Si (Pembantu Rektor II Uswim)
RPL adalah pengakuan terhadap Capaian Pembelajaran (CP) yang diperoleh seseorang dari pendidikan formal atau non formal atau informal, dan/atau pengalaman kerja pada jenjang pendidikan tinggi, dimulai dari level 3 KKNI atau (Program D1) sampai dengan jenjang kualifikasi level 9 KKNI (Program Doktor).
Rektor Uswim Nabire, Drs. Petrus I Suripatty, M.Si., ketika ditemui diruangannya pada hari Senin (16/11/20), mengatakan bangga dengan kepercayaan yang diberikan, sehingga pihaknya siap melaksanakan program RPL dengan kedua mitra yang ditunjuk, yaitu salah satu perguruan tinggi di Surabaya dan salah satunya di Bali.
Ditambahkannya bahwa hasil evaluasi Kementerian Pendidikan terhadap Uswim sampai pada saat ini diapresiasi langsung dengan nilai yang cukup baik.
"Jadi Uswim siap melaksanakan RPL yang merupakan tindaklanjut dari Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, serta Permenristekdikti No. 26 Tahun 2016 tentang Rekognisi Pembelajaran Lampau," demikian dikatakan Suripatty
Drs. Petrus I Suripatty, M.Si (Rektor Uswim)
Ditempat terpisah, Pembantu Rektor II Uswim Nabire, JM Ramandey, S.TP., M.Si, menjelaskan bahwa pada dasarnya program RPL yang dipercayakan kepada Uswim ini menandakan bahwa Uswim dinilai punya kemampuan dalam menjalankan program tersebut dibandingkan dengan beberapa PTS lainnya yang berada dalam wilayah LLDikti 14.
"Kami bersyukur bahwa diwilayah 14 Uswim dianggap punya kemampuan untuk melaksanakan program daring tersebut. Jadi yang mengusulkan Uswim adalah LLDikti 14. Artinya dianggap bisa. Ada beberapa yang diusulkan namun batal karena mereka tidak siap untuk online karena di daerahnya jaringan tidak ada dan lembaganya tidak punya koneksi internet," beber Ramandey.
Dalam hal ini, menurut Ramandey, Uswim disebutkan sebagai PTDT yang kepanjangannya adalah Perguruan Tinggi Daerah Tertinggal, yang kemudian dimitrakan dengan dua Perguruan Tinggi di Daerah yang maju, yaitu Universitas Widya Kartika Surabaya dan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.
"Dan untuk program ini, mengingat kami sudah menentukan satu kelasnya terdiri atas 25 mahasiswa, maka kami memilih Program Studi yang di kelasnya itu melebihi angka 25. Jadi disini kami pilih 6 Program Studi, yaitu: Progdi Ilmu Pemerintahan, admisnistrasi negara dan bisnis, informatika, industri dan peternakan" tuturnya.
Jadi menurutnya, keenam Progdi tersebut yang memiliki mahasiswa ditingkat III, V dan VII dan dikelasnya bisa melebihi angka 25.
"Nah, karena satu kelas 25, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang, maka keenam Progdi tersebut yang kami majukan. Sementara Mata Kuliahnya sudah ditentukan" demikian tegas Ramandey ketika ditemui di Gedung Rektorat Uswim Nabire. (Red).
Post a Comment