Halloween Costume ideas 2015

Perbedaan Teori, Model dan Strategi dalam Pembelajaran




Oleh: Abdy Busthan

Ketiga istilah ini: Teori, Model dan Strategi, dalam lingkup pembelajaran, sedikit banyaknya sering dipersepsikan sebagai sesuatu yang sama, sehingga menimbulkan mispersepsi yang berkepanjangan. Padahal ketiganya secara struktural, maupun operasional, sangat berbeda. 

Jika ditilik secara seksama, ketiganya bisa di ibaratkan dengan sebuah siklus dalam hukum keturunan keluarga. 
Misalnya, Ba’i (baca: Kakek), Bapak dan Anak. Dimana Ba’i mengambil Nenek sehingga bisa melahirkan Bapak; selanjutnya, Bapak mengambil Mama untuk menghasilkan Anak. Artinya bahwa berdasarkan hukum keturunan, maka seorang Anak diturunkan oleh seorang Bapak, dan seorang Bapak, diturunkan pula dari sang Ba’i, begitupun seterusnya. 

Demikian juga dengan Teori, Model dan Strategi. Dalam perspektif belajar dan pembelajaran, Strategi tidak datang dengan sendirinya dari langit. Sebab Strategi dapat menjadi Strategi, ketika terdapat sebuah Model. Sementara Model datang dari sebuah Teori yang mendasarinya. Dengan pemahaman bahwa, Teori melahirkan Model, sementara Model menghasilkan Strategi.


Artinya bahwa, Teori, Model dan Strategi, adalah tiga hal yang sangat berbeda. Ketiga hal ini dapat dibedakan dengan kalimat berikut, “Pak Guru Bahasa Indonesia, sedang mengajar dengan Strategi Penyampaian, dalam Model Ceramah, yang didasarkan pada teori Behavioristik”. 

Jadi, Strategi mengajar tertanam di dalam setiap Model pembelajaran. Sementara Model pembelajaran muncul dari Teori belajar dan pembelajaran (Busthan Abdy, 2017:92)

1. Teori
Sebuah teori boleh jadi terdengar valid namun tidak mengandung makna ilmiah, kecuali ia mampu bertahan menghadapi ujian eksperimental yang ketat. Tapi perlu dipahami bahwa semua teori ilmiah, betapapun abstraknya aspek formalnya, tetap akan diawali dan diakhiri dengan pernyataan tentang kejadian yang dapat diamati. 

Untuk itu, dalam setiap pengkajian teori ilmiah, terkandung 2 (dua) aspek mendasar, yaitu: 
  1. Aspek formal (formal aspect), yang mencakup kata dan simbol yang terdapat dalam teori
  2. Aspek empiris (empirical aspect), yang terdiri dari peristiwa-peristiwa fisik yang hendak dijelaskan oleh teori itu.
Dengan demikian, teori akan berdiri sebagai sesuatu yang taat akan fakta. Sebab teori bukan kumpulan huruf yang kemudian dirangkai menjadi penggalan-penggalan kata, dan selanjutnya menjelma menjadi gugusan paragraf hingga ia membentuk sebuah kalimat yang menggambarkan maksud sang pembuat teori. Teori tidak hadir begitu saja. Teori ada, bukan tanpa sebab mengapa. Tetapi karena mengapa teori itu bisa ada. Artinya, teori ada karena adanya perbuatan, tindakan, serta kegiatan yang terjadi dibelakangnya.

Jadi, secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain sehingga membentuk sekumpulan fakta-fakta. 

Reigeluth (1983), mendefinisikan teori sebagai rangkaian prinsip yang secara sistematis diintegrasikan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini teori pembelajaran merupakan teori yang menawarkan panduan ekplisit bagaimana membantu orang belajar dan berkembang menjadi semakin lebih baik. 

Jenis belajar dan pengembangannya dapat mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan spiritual. Itu sebabnya, teori pembelajaran mesti menunjukkan beberapa karakteristik berikut:
  • Designed oriented (berfokus pada alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk belajar atau pengembangan daripada description oriented—berfokus pada given events.
  • Mengidentifikasi metode pembelajaran (cara untuk mendukung dan memfasilitasi belajar) dan situasi pada mana metode dipakai/tidak dipakai.
  • Metode pembelajaran bisa dipecah-pecah menjadi rinci sebagai panduan.
  • Metode pembelajaran adalah probabilistic daripada deterministic.
Stanovich (2001) dalam karyanya yang berjudul “How to think straight about psychology” menjelaskan bahwa: 
“Sebuah teori dalam ilmu pengetahuan adalah seperangkat konsep yang saling terkait yang digunakan untuk menjelaskan sekumpulan data dan untuk membuat prediksi tentang hasil dari suatu kegiatan eksperimen di masa depan. Hipotesis adalah prediksi spesifik yang berasal dari teori (yang lebih umum dan komprehensif). Teori yang diakui saat ini adalah teori yang banyak dari hipotesisnya benar (confirmed). Struktur teoretis dari teori-teori semacam itu karenanya adalah konsisten dengan sejumlah besar observasi. Akan tetapi, ketika muncul data yang bertentangan dengan hipotesis yang berasal dari suatu teori maka ilmuwan akan mulai mengonstruksi teori baru yang akan memberikan interpretasi yang lebih baik atas data tersebut. Jadi, teori-teori yang didiskusikan secara ilmiah adalah teori yang sudah diverifikasi sampai tingkat tertentu dan teori tidak memberikan prediksi yang keliru atau bertentangan dengan data yang tersedia. Teori bukan sekedar dugaan atau tebakan.” (Stanovich, 2001:24-25). 
Apa yang dijelaskan Stanovich di atas sesungguhnya ingin menyatakan bahwa teori merupakan serangkaian prinsip yang diterima secara ilmiah, yang menjelaskan sebuah fenomena. 

Artinya bahwa teori memberikan kerangka-kerangka pikir untuk menginterpretasikan observasi-observasi lingkungan dan berfungsi sebagai jembatan-jembatan yang menghubungkan antara penelitian dan pendidikan (Suppes, 1974).

Semua aktivitas pembelajaran dasarnya adalah teori pembelajaran. Masing-masing teori hanya membahas beberapa aspek saja dari proses yang kompleks. Itu sebabnya, tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan semua hal tentang belajar (Gredler E Margaret, 2011).

Masing-masing dari teori akan mendeskripsikan ciri tertentu dari belajar yang fokusnya pada pengidentifikasian faktor-faktor yang akan melahirkan hasil yang dapat diidentifikasi. Teori yang baik haruslah memenuhi dua fungsi: (1) fungsi umum dan (2) fungsi khusus, yang berkaitan dengan belajar dan pembelajaran.

Fungsi umum, terdiri dari 5 fungsi, yaitu: (1) Sebagai kerangka melakukan riset (teori memuat prinsip yang dapat di uji); (2) Memberikan kerangka penataan informasi yang spesifik; (3) Mengungkapkan komplesitas dan kekaburan suatu kejadian; (4) Melahirkan wawasan baru tentang situasi sehingga prinsip dan teori sebelumnya perlu diperbaiki; (5) Teori berguna sebagai penjelasan atas suatu kejadian.

Fungsi khusus, adakah menyangkut instruksi, termasuk perencanaan dan evaluasi instruksi serta memberikan informasi tentang problem di kelas. Pada titik ini maka teori belajar dan pembelajaran merupakan teori universal yang bisa mengidentifikasi peristiwa-peristiwa esensial dari belajar, yang berlaku secara universal—dalam setiap setting belajar pada diri siswa. 

2. Model
Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa, model pembelajaran adalah merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui program komputer. 

Sedangkan hakikat mengajar adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.

Senada dengan itu, Eggen Paul dan Kauchak Don (2012) menjelaskan bahwa istilah “model” mengajar atau model pengajaran, adalah pendekatan spesifik dalam mengajar, yang memiliki tiga ciri, sebagai berikut: 
  1. Tujuan, dimana model mengajar dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kristis dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi. 
  2. Fase, dimana model mengajar mencakup serangkaian langkah (fase) yang bertujuan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik. 
  3. Fondasi, dimana model mengajar didukung teori dan penelitian tentang pembelajaran dan motivasi 
Model lebih merupakan cetak biru untuk mengajar. Akan tetapi cetak biru tidak bisa mendikte semua tindakan orang yang mengajar (guru). Dalam artian bahwa cetak biru bukanlah pengganti bagi keahlian teknik dasar sebagaimana model pengajaran bukanlah pengganti bagi keahlian mengajar dasar. 

Model tidak bisa menggantikan kualitas-kualitas yang harus dimiliki oleh guru ahli, seperti: pengetahuan profesi, sensitivitas terhadap murid, dan kemampuan untuk membuat keputusan dalam situasi gawat. Jadi, model sebenarnya merupakan sebuah alat untuk membantu guru sebatas menjadikan pengajaran lebih sistematis dan efektif. 

Model juga berbeda dengan strategi mengajar. Sebab strategi mengajar ada didalam setiap model. Misalnya, strategi bertanya itu penting bagi keberhasilan semua model dalam pembahasan tertentu. Demikian juga strategi pengaturan pelajaran yang cermat, umpan balik, dan strategi lainnya.

Dari sini dapat dipahami bahwa model merupakan abstraksi yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu yang tidak bisa di lihat atau dialami secara langsung. Model adalah representasi realitas yang disajikan dengan suatu derajat struktur dan urutan (Seels & Richey, 1994).

Model ada yang bersifat: (1) prosedural, yakni mendeskripsikan bagaimana melakukan tugas-tugas, atau bersifat (2) konseptual, yakni deskripsi verbal realitas dengan menyajikan komponen relevan dan definisi dengan dukungan data.

Pada prinsipnya, model dapat menjadi sarana menerjemahkan teori ke dalam dunia dalam kapasitas konkrit untuk direalisasikan ke dalam praktek atau menjadi sarana yang dapat memformulasikan teori berdasarkan temuan praktek. 

Karena itu, model merupakan salah satu tool untuk teorisasi. Artinya, teorisasi merupakan proses empirik dan rasional yang menggunakan bermacam alat, seperti prosedur penelitian, model, logika dan alasan. Tujuannya adalah memberikan penjelasan penuh mengapa suatu peristiwa terjadi sehingga bisa memandu untuk memprediksi sebuah hasil.

Ini berarti bahwa, antara teori dan model, serta suatu penelitian, sangat berhubungan erat. Dalam hal ini, penelitian memberi dan menerima konstribusi terhadap teori belajar dan pembelajaran. Sedangkan teori belajar dan pembelajaran memberi dan menerima pengaruh atau kontribusi atas terbentuknya teori-teori yang preskriptif—yang akhirnya melahirkan model preskriptif juga.

Jadi, model pembelajaran umumnya berangkat dari teori-teori belajar. Ini artinya, ada model pembelajaran yang berdasarkan pada teori belajar behavioristik, kognitivistik, dan konstruktivistik bahkan humanistik. 

3. Strategi
Strategi merupakan suatu upaya untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai sebuah tujuan. Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976).

Dalam artian bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan mdia serta berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.

Pada awalnya, istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. 

Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan.

Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran, tentunya ia akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995).

Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran, adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran.

Setidaknya, terdapat 3 (tiga) jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

Strategi Pengorganisasian Pembelajaran.
Reigeluth dkk (1977) menyatakan bahwa, strategi pengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. 

Strategi pengorganisasian dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) Startegi mikro, mengacu pada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran, yaitu yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip; (2) Strategi makro, yaitu yang mengacu pada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.

Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan.

Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan.

Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsepnserta kaitan yang sudah diajarkan. 

Strategi Penyampaian Pembelajaran. 
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah: 1) Menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar; 2) Menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja. 

Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode, yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. 

Paling tidak, terdapat 3 (tiga) klasifikasi penting dari variabel strategi pengelolaan, yaitu (1) penjadwalan; (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa; dan (3) motivasi.

Semoga bermanfaat,

Daftar Pustaka:

Busthan Abdy (2017). Perencanaan Pembelajaran (Halaman. 93-101). Kupang: Desna Life Ministry

Post a Comment

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget